
Penulis: Ismu Rahman
Sebagai kota yang terhitung baru dan masih berkembang, tentu saja Kota Taliwang menghadapi permasalahan sebagaimana kota-kota lain di Indonesia. Salah satunya adalah permasalahan drainase.
Pembangunan perumahan atau permukiman di Kota Taliwang tumbuh cukup pesat sehingga lahan yang tertutup oleh perkerasan terus meningkat dan kawasan peresapan air hujan pun semakin berkurang. Banyak kawasan di dataran rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air dan bantaran sungai kini berubah menjadi tempat hunian. Kondisi ini akhirnya akan meningkatkan volume air permukaan yang masuk ke saluran drainase dan sungai. Ini dapat terlihat dari air yang meluap pada saluran drainase sehingga menimbulkan genangan bahkan banjir. Itu terjadi karena selama ini drainase difungsikan untuk mengalirkan air hujan secepat-cepatnya ke penerima air/badan air terdekat.
Hal ini pun menambah permasalahan drainase yang dihadapi Kota Taliwang di samping permasalahan drainase lainnya seperti kurangnya infrastruktur sistem drainase, tingginya sedimentasi pada saluran drainase kota, perilaku buruk masyarakat membuang sampah pada saluran drainase, dan lemahnya institusi pengelola prasarana dan sarana drainase terutama dalam penyusunan program yang aplikable.
Untuk mengatasi permasalahan di atas tersebut diperlukan inovasi sistem drainase yaitu sistem drainase yang berwawasan lingkungan dengan prinsip dasar mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga dapat dialirkan secara terkendali dan lebih banyak memiliki kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini dimaksudkan agar konservasi air tanah dapat berlangsung dengan baik dan dimensi sarana drainase dapat lebih efektif dan efisien.
Pengembangan prasarana dan sarana drainase berwawasan lingkungan ini dikenal dengan istilah Ekodrainase, ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan terlebih dahulu ke dalam tanah melalui bangunan-bangunan resapan, baik buatan maupun alamiah seperti kolam tandon, sumur-sumur resapan, biopori, dan lain-lain sebelum dialirkan ke aliran sungai. Konsep ini mengubah paradigma lama dalam pembangunan drainase khususnya di perkotaan. Hal ini dilakukan mengingat semakin minimnya persediaan air tanah dan tingginya tingkat pengambilan air.
Kolam Tandon
Masyarakat dapat berperan aktif untuk ikut menabung air melalui kolam tandon penampung air hujan, berupa reservoir bawah tanah maupun dengan tangki penampung yang berfungsi menampung dan mengalirkan air hujan yang jatuh dari permukaan tanah, bangunan, juga atap rumah. Tampungan air hujan ini dapat dimanfaatkan kembali untuk kegiatan rumah tangga.
Sumur-sumur resapan (Drainase vertikal)
Sumur resapan adalah salah satu solusi murah dan cepat untuk masalah banjir. Umumnya sumur resapan berbentuk bundar dengan diameter minimal 1 meter dan dilindungi dengan penahan longsoran dinding sumur (bisa dari bambu, pasangan bata, buiz beton atau drum). Kedalaman sumur resapan relatif tergantung kondisi geologi dan muka air tanah.
Untuk hasil yang lebih maksimal, penggunaan sumur resapan dapat divariasikan dengan bangunan drainase lainnya seperti kolam resapan. Upaya ini akan berdampak besar bila semua masyarakat sadar dan mau menerapkannya.
Peran sumur resapan tentu tidak akan berarti bila hanya beberapa rumah yang menerapkannya. Bayangkan, bila setiap rumah memiliki sumur resapan yang masing-masing mampu meresapkan air hujan sejumlah satu meter kubik dan satu kawasan terdapat sepuluh ribu rumah maka akan didapatkan sepuluh ribu meter kubik air yang dapat meresap ke tanah. Kawasan tersebut dapat mengurangi limpasan permukaan yang akan membebani saluran drainase di hilir.
Sumur resapan juga dapat diterapkan pada saluran drainase dengan menempatkan lubang–lubang peresapan berupa buis beton dengan diameter 60 cm dengan beberapa lubang atau inlet air pada bidang beton penutup lubang resapan. Lubang–lubang resapan ditempatkan dengan interval jarak 15 m antara satu lubang resapan dengan lubang resapan lainnya.
Biopori
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah.
Biopori memiliki manfaat secara ekologi dan lingkungan, yaitu memperluas bidang penyerapan air, sebagai penanganan limbah organik, dan meningkatkan kesehatan tanah. Sangat dianjurkan ruang terbuka hijau memiliki biopori.
Beberapa inovasi dengan konsep ekodrainase ini telah dilakukan di beberapa kota di Indonesia dan memberikan dampak manfaat yang sangat besar. Hal ini mendorong pentingnya inovasi ini diterapkan di Kota Taliwang.