Berita ini Kerjasama Kominfo Sumbawa Barat dengan PenaTenggara.com
PenaTenggara.com, (Sumbawa Barat) — Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Asy-Syifa’ menjadi salah satu rumah sakit di Nusa Tenggara Barat yang dinilai oleh Kementrian Kesehatan terkait komitmennya dalam melayani penyakit Katastropik.
Sebagaimana yang sering digaungkan, Kementerian Kesehatan menargetkan layanan empat penyakit katastropik dapat dilakukan di seluruh rumah sakit Kabupaten/Kota di Indonesia. Hal itu menjadi priotitas Kemenkes menyusul tingginya angka kesakitan dan kematian, juga angka rujukan dan besarnya biaya yang dikeluakan oleh pasien.
Dengan peningkatan kemampuan rumah sakit di kabupaten/kota oleh Kemenkes nantinya, diharapkan pengeluaran bisa ditekan dan waktu perjalanan bisa di pangkas.
“Kami (RSUD Asy-Syifa) turut dilakukan assessment oleh Kemenkes melalui Dinas Kesehatan Provinsi,” ungkap Direktur Asy-Syifa, dr. Carlof Sitompul pada media, Jum’at (8/9).
Mengenai penilaian yang akan dilakukan dalam waktu dekat, Carlof mengatakan bahwa pihaknya tengah menyiapkan bahan terhadap apa saja yang akan dinilai itu.
Untuk diketahui, penyakit Katastropik itu meliputi Kanker, Jantung, Stroke dan Ginjal. Dari empat penyakit tersebut, tegas dr. Carlof, layanan jantung dan ginjal sudah bisa dilayani di Asy-Syifa. Sedangkan Kanker dan Stroke menjadi attensi dalam pengembangan layanan rumah sakit ke depannya.
Pihaknya juga optimis bisa menjadi salah satu rumah sakit di NTB yang bisa diampu untuk dapat ditingkatkan kemampuannya dalam menangani penyakit Katastropik tadi.
“Kita berpotensi untuk diampu pada tahun 2025 yang akan datang. Tinggal bagaimana hasil penilaian dari tim assesment nanti. Hal ini penting, karena banyak rumah sakit yang ingin lebih dulu diampu agar pelayanan kesehatan di daerahnya dapat terakselerasi dengan cepat” ujarnya.
“Dinilai tahun ini, karena target Kemenkes RI pada tahun 2025-2027 rumah sakit di kabupaten/kota sudah mampu melayani Katastropik,”bebernya lagi.
Ia menambahkan, fasilitas kesehatan yang dicari atau yang targetkan untuk lebih dulu diampu penyakit Katastropik di Kabupaten/Kota adalah fasilitas kesehatan yang lebih siap dan tinggal membutuhkan sedikit dorongan atau dukungan dari Kementrian. “Bukan yang masih jauh apalagi baru memulai dari nol,” terangnya.
“Muara dari layanan yang digaungkan okeh Kemenkes itu semata-mata untuk mendekatkan layanan kesehatan pada masyarakat,” papar pria berdarak Batak tersebut.
Pada media, dia juga menjelaskan bahwa penderita penyakit Katastropik membutuhkan biaya yang cukup besar. Nah, berdasar data yang keluarkan oleh BPJS Kesehatan, misalnya di tahun 2021, pembiayaan penyakit Jantung saja mencapai Rp 8,671 triliun. Sedangkan penyakit Stroke mencapai 2,163. Belum lagi ginjal hingga kanker. “Itu baru pengobatan saja. Belum dihitung biaya operasional lainnya,” terang Dirut Asy-Syifa’.
Ia juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk berdo’a agar RSUD Asy-Syifa’ bisa menjadi salah satu rumah sakit di NTB yang diampu nantinya .
“Kalau jadi diampu, tentu saja targetnya warga KSB yang menderita penyakit Katastropik tidak perlu lagi jauh-jauh ke daerah lain untuk mendapatkan layanan medis,” pungkasnya. (deP)