
PenaTenggara.com, (Sumbawa Barat) — Apa yang kamu tabur, itulah yang akan kamu tuai. Peribahasa tersebut rasanya tepat dialamatkan kepada PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN) yang peduli terhadap pengembangan ekowisata yang nantinya diharapkan menjadi sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan.
Ceritanya, AMMAN saat ini membangun kemitraan dengan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB University (PKSPL IPB) Indonesia melakukan pembibitan Mangrove di Pulau Namo yang berada di gugusan Gili Balu, Poto Tano, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
Pembibitan untuk periode pertama ini sebanyak 1.430 Mangrove dengan 10 varietas. Terlebih lagi, pembibitan itu dilakukan sebagai salah satu upaya untuk merehabilitasi ekosistem laut sekitar.
Lebih jauh lagi, dalam mengimplementasikan pembibitan itu AMMAN dan PKSPL IPB bersinergi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan NTB serta Kelompok Pengelola Wisata Poto Tano.
Anggota Kelompok Pengelola Wisata Poto Tano yang juga Koordinator Rehabilitasi Mangrove, Widi Aspiani mengatakan bahwa pembibitan Mangrove ini sudah berjalan satu bulan. Bibit yang tengah dipelihara ini berumur 1 bulan. “Insya Allah, di umur tiga bulan nanti, bibit ini sudah bisa ditanam di wilayah sekitar pulau-pulau kecil yang berada di dalam gugusan Gili Balu,” terangnya.

Dari 10 varietas pembibitan ini, terdapat satu varietas Mangrove yang notabene langka dan ikut dibibitkan, yaitu Aegiceras Floridum atau yang dikenal Mangrove gigi gajah. “Mangrove gigi gajah merupakan tumbuhan endemik Gili Balu yang mulai menyusut. Melalui pembibitan ini, Mangrove dimaksud kembali ‘ramai’,” terangnya.
Di tempat yang sama, Wakil Kepala PKSPL IPB Bidang Pengelolaan SDA dan Lingkungan, Andy Afandy menjelaskan, bahwa pihaknya sengaja memilih Pulau Namo sebagai pusat pembibitan karena jaraknya dekat sehingga mudah diawasi selama proses pembibitan berlangsung.
Menurutnya, perlu dilakukan rehabilitasi Mangrove di sekitar gugusan Gili Balu karena sudah banyak yang terdegradasi. Sehingga melalui kegiatan pembibitan ini bisa mengembalikan kembali gugusan Gili Balu seperti dulu lagi.
Pada media, Andy menambahkan bahwa pihaknya telah melakukan kajian ekosistem di sekitar Gili Balu. Untuk menghijaukan Gili Balu atau Taman Wisata Perairan (TWP) itu membutuhkan 300.000 bibit. Terhadap pembibitan yang dilakukan hari ini merupakan investasi untuk menjaga ekosistem di masa mendatang. Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai.
“Seribuan bibit Mangrove yang hari ini sedang dibibitkan adalah salah satu project untuk merehab Mangrove di Gili Balu,” gugah Andy.
“Step by step kita hijaukan. Pembibitan periode selanjutnya akan diperbanyak. Masih ada waktu dan kesempatan untuk menggairahkan ekosistem di Gili Balu. Semakin banyak Mangrove, maka berimbas pada biota laut pulau sekitar,” ungkapnya lagi.
Pada pembibitan ini, PKSPL IPB memberikan pendampingan yang intens untuk upgrade (meningkatkan) kapasitas anggota kelompok. Sehingga, setelah kerjasama (AMMAN dan IPB) berakhir, kelompok bisa melakukan pembibitan dan produksi sendiri. Lebih dari itu, bibit bisa dijual dan hasilnya untuk kelompok itu sendiri. “Selain ilmu tentang Mangrove, mereka juga mendapatkan ilmu tentang bisnis. Karena di NTB saja cukup sulit untuk mendapatkan bibit Mangrove,” terangnya.

Kepala BLUD UPTD BPSDKP NTB wilayah Sumbawa-Sumbawa Barat, Hamdon mengatakan pihaknya mengapresiasi upaya perusahaan yang mendukung untuk ekowisata. Kedepannya, jika project ini berhasil, tidak menutup kemungkinan TWP Gili Balu akan menjadi pusat kajian dan juga riset.
“Yang mereka lakukan dan perbuat hari ini-ibarat meninggalkan jejak warisan untuk generasi yang akan datang,” ujarnya.
Ia menjelaskan, bahwa BPSDKP Sumbawa – Sumbawa Barat merupakan lembaga pengelolaan kawasan konservasi untuk wilayah Sumbawa dan Sumbawa Barat. Sedikitnya, lima kawasan konservasi yang dinaungi yaitu Perairan Pulau Liang dan Pulau Ngali berada di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa, Gili Balu bertempat di Gili kenawa Desa Poto Tano, Kecamatan Poto Tano, Gugusan Pulau Kramat, Bedil, dan Temudong (KBT), perairan Pulau Rakit dan Pulau Panjang terletak di utara Pulau Bungin, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa.
“Kami tetap melakukan pemantauan dan monitoring terhadap kawasan itu,” imbuhnya.
Imam Bustan Pramudya Yudi Ananta Koordinator Pokja PPM, DitJen Minerba, Kementerian ESDM RI, mengatakan, “Dari peninjauan titik pantau kinerja program Pengembangan dan Pemberdayaan (PPM) di AMMAN, yang salah satunya di Pulau Namo-Gili Balu, terlihat Program PPM AMMAN telah diupayakan untuk menjawab kebutuhan masyarakat lingkar tambang. Semoga AMMAN terus membenahi tata kelola penyelenggaraan program PPM, sehingga semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaat kehadiran AMMAN di KSB,” ujar Imam.
Sementara itu, Senior Manager Social Impact AMMAN, Aji Suryanto mengatakan program kegiatan pembibitan Mangrove yang saat ini sedang dilakukan merupakan embrio dari dukungan perusahaan terhadap Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat di bidang Pariwisata berkelanjutan khususnya pengembangan ekowisata di kawasan Gili Balu, Poto Tano menuju wisata bahari berkelanjutan.
Nah, salah satu program utama dari pilar Sustainable Tourism (ST) adalah TransformaSea Gili Balu. Sebuah program komprehensif pengembangan ekowisata yang bertanggung jawab, sekaligus menjaga kawasan konservasi di Gili Balu.
Komitmen AMMAN dalam menjaga kelestarian Gili Balu adalah salah satu kontribusi untuk pelestarian alam dan mendorong pariwisata unggulan di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Serta, meningkatkan daya tarik pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB), sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Program TransformaSea Gili Balu adalah bentuk implementasi Public – Private – Community Partnership yang dilaksanakan secara terpadu, di mana masyarakat (community) sebagai pelaku utama melakukan pemberdayaan, yang kegiatannya didukung oleh pemerintah (public) dan swasta (private). Kolaborasi antara Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB dan AMMAN tercantum dalam Perjanjian Kemitraan tentang ‘Pengelolaan Kawasan Konservasi Taman Perairan Gili Balu di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Balu berada di Kecamatan Poto Tano yang terdiri dari delapan pulau, yakni Pulau Kenawa, Pulau Paserang, Pulau Kambing, Pulau Belang, Pulau Namo, Pulau Kalong, Pulau Mandiki dan Pulau Ular.

Setiap pulau ini memiliki keunikan masing-masing yang jika dikelola dengan baik menawarkan potensi wisata bahari yang menjanjikan dengan peluang ekonomi berkelanjutan untuk masyarakat lokal.
Program TransformaSea Gili Balu bertujuan untuk mengembangkan destinasi wisata dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (Ekowisata), sehingga memiliki beberapa objektif. Yakni, upaya konservasi untuk melestarikan biodiversitas/keanekaragaman hayati pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, yang dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti praktik penangkapan ikan yang bertanggung jawab, melestarikan dan memulihkan ekosistem laut melalui pemantauan, perlindungan/konservasi flora/fauna yang dilindungi dan rehabilitasi ekosistem (terumbu karang, padang lamun, mangrove dan vegetasi pantai);
Mengembangkan ekowisata berkelanjutan melalui peningkatan kapasitas masyarakat, dengan fokus utama untuk Kelompok Pengelola Wisata Poto Tano agar memiliki kapasitas untuk mampu mengembangkan dan mengelola ekowisata guna meningkatkan perekonomian, termasuk di dalamnya pelaksanaan kegiatan pelatihan untuk pengelola pariwisata, pengembangan paket wisata, digital marketing, sertifikasi pemandu wisata, penyedia layanan dan ekosistem pariwisata, pembentukan dan pelatihan penjaga pantai, pengelolaan perikanan, pengembangan UMKM, pengolahan produk berbasis ikan.
Memperkuat pengelolaan sumber daya dengan membangun, mengembangkan dan memelihara sarana prasarana yang mendukung pariwisata; dan Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil melalui pengembangan prinsip pariwisata berkelanjutan berbasis konservasi/perlindungan dan rehabilitasi ekosistem, misalnya pemahaman mengenai bagaimana melakukan perlindungan dan rehabilitasi ekosistem, perhitungan jumlah wisatawan sesuai dengan kapasitas daya dukung (carrying capacity) lingkungan, pengelolaan sampah, filtrasi air.
Program TransformaSea Gili Balu dilakukan berbasis Riset Terapan berdasarkan kaidah ilmiah, yang dalam hal ini diimplementasikan dan didampingi secara teknis oleh mitra pelaksana program Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan (PKSPL) dari IPB University. (deP)