
Manajemen PT. AMNT bersama guru dan siswa SMPN 6 Taliwang berfoto bersama di depan rumah kompos. (Foto: ist)
PenaTenggara.com, (Sumbawa Barat) — Kebanyakan orang, memandang sampah tetaplah sampah. Namun, di dalam pikiran dan sentuhan tangan orang kreatif sampah justru mendatangkan berkah atau penghasilan. Kreativitas mereka dalam mengelola sampah patut diapresiasi. Karena kreativitas yang mereka miliki diharapkan dapat menggugah orang atau kelompok dalam mengelola sampah.
Hal demikian dilakukan oleh PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN) dengan menggulirkan Program Pengelolaan Sampah di Sekolah (PPSS). Program ini dianggap inovatif karena memberikan edukasi dini pada siswa-siswi sekolah mengenai tata cara pemilahan dan pengelolaan sampah, serta membawa keuntungan bagi sekolah itu sendiri dari hasil penjualan pupuk organik yang merupakan muara dari pengolahan sampah.
Aji Suryanto, selaku Senior Manager Social Impact AMMAN mengatakan, program pengelolaan sampah di sekolah atau PPSS ini merupakan upaya Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) AMMAN untuk berkontribusi dalam mengurangi jumlah sampah menuju TPA, pengurangan emisi, efisiensi biaya operasional pengangkutan sampah dan pengelolaan TPA, sehingga dapat menurunkan rotasi pengangkutan sampah dan memperpanjang umur pakai TPA.
Aji menambahkan, bahwa tujuan terpenting dari program ini adalah mengedukasi perubahan mindset dan perilaku sejak dini, agar siswa dan orang tua terbiasa dalam memilah sampah dan menjaga lingkungan, sambil memberikan peluang ekonomi untuk mendukung pemberdayaan sekolah melalui pengelolaan sampah secara mandiri.
Sejauh ini, terdapat 6 sekolah yang didampingi untuk implementasi PPSS di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Di antaranya SMPN 1 Maluk, SMPN 6 Taliwang, SMPN 3 Taliwang, SDN 2 Taliwang, SDN Bukit Damai Maluk dan SMPIT IS Taliwang.
Adapun ruang lingkup dari program ini adalah, pembangunan rumah kompos di sekolah. Memberikan pelatihan dan pendampingan dalam hal pemilahan sampah, pengumpulan sampah, pengelolaan sampah, pengolahan sampah organik hingga pembuatan pupuk kompos.
Program ini juga memberikan pelatihan mengenai pemasaran produk dan pengelolaan keuangan untuk menciptakan sirkular ekonomi menuju pengelolaan sampah mandiri. Kemandirian sekolah dalam melakukan PPSS dan pemberdayaan sekolah agar sekolah mampu mengelola rumah kompos, menjual produk dan menggunakan hasilnya untuk biaya operasional dan pemeliharaan rumah kompos, serta kegiatan sekolah seperti contoh pengadaan peralatan, membangun kebun sekolah untuk makan bersama ataupun karya ilmiah.
Lebih jauh lagi, selama pelatihan dan pendampingan di tahun 2023-2024, PPSS telah meraih berbagai dampak positif. Diantaranya terlaksananya pengolahan sampah di sekolah sampai dengan peningkatan pengetahuan dan kapasitas siswa, guru dan masyarakat.

Terlaksananya kegiatan operasional Rumah Kompos dengan peningkatan partisipasi siswa, PPSS menjadi ekstrakurikuler, menambah pendapatan sekolah dari penjualan produk pupuk kompos dan sampah daur ulang, kemandirian dalam pengelolaan dan pembiayaan rumah kompos. Dan yang terakhir, terlaksananya kegiatan transfer sampah organik dari rumah ke rumah kompos di sekolah. Sekolah juga berkontribusi dalam efisiensi dan penghematan pengelolaan sampah di KSB melalui penghematan biaya pengumpulan dan pengangkutan sampah serta penghematan biaya pengelolaan sampah di TPA.
Kepala Sekolah SMPN 6 Taliwang, Taofiq Rahman S.Pd.I mengatakan bahwa dampak program ini cukup signifikan. Siswa-siswi tergugah dalam memilah sampah. Lebih dari itu, mereka berkontribusi dalam mengelola sampah hingga menjadi pupuk organik yang berkualitas. Pupuk-pupuk organik yang diproduksi oleh SMPN 6 ini pemasarannya mulai dikenal publik dan dibeli juga oleh AMMAN untuk kebutuhan reklamasi dan pemasarannya juga meluas karena permintaan konsumen.
Berkat program PPSS ini juga, sambung Kepsek SMPN 6 Taliwang itu, sekolah berhasil menyandang predikat sebagai sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi NTB tahun 2019 dan juga sebagai sekolah inspiratif Adiwiyata KSB tahun 2022. “Tahun 2024 lalu, kami berhasil memproduksi pupuk organik POSTA (pupuk organik sekolah kita) sebanyak 8,6 ton dengan harga jual per/sak mencapai 40.000.” terangnya.
Hal senada disampaikan oleh Mujiburrahman, Kepala Sekolah SMPN 3 Taliwang. Menurutnya, melihat persoalan sampah itu tergantung bagaimana mindset kita sendiri. Kalau kita lihat sampah secara datar, maka itu tetaplah sampah yang tidak bernilai. Tetapi bagi orang yang berani berpikir out of the box, kami yakin sampah akan memiliki nilai jual sebagaimana yang dilakukan saat ini.

Supriadi Hardianta, SMPIT Imam Syafi’i Taliwang juga menambahkan, “Dari hasil penjualan pupuk organik produksi, Rumah Kompos rumah kompos ini bisa membantu penghasilan tambahan sekolah. “Sejauh ini, kami telah memproduksi 400 kg pupuk organik. “Meskipun masih terbilang sedikit karena baru mulai produksi di Juli 2024, tapi akan dilakukan secara berkelanjutan,” imbuhnya.
Program yang dijalankan AMMAN ini tertuang dalam Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM). Inisiatif ini mencakup pengembangan kapasitas masyarakat, agar dapat memaksimalkan kesejahteraan dan potensi sumber daya manusia dan wilayah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). “Visi PPM AMMAN adalah komunitas di mana AMMAN beroperasi, memiliki ekosistem sosial budaya dinamis yang menghasilkan peluang luas bagi semua untuk berkembang,” terangnya.
PPM AMMAN dijalankan melalui tiga pilar, yakni Human Capital Development (Pengembangan Sumber Daya Manusia), Economic Empowerment (Pemberdayaan Ekonomi), dan Sustainable Tourism (Pariwisata Berkelanjutan). “Economic Empowerment fokus pada program untuk peningkatan kapasitas pelaku usaha mikro dan kecil dengan tujuan pengusaha muda di KSB memiliki kemampuan berbisnis yang mumpuni, serta memiliki kesadaran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui diversifikasi produk, pengembangan berbagai sektor usaha/industri dan kemandirian dalam komunitas,” papar Aji. (deP)