
Nampak pantai Talonang Baru yang akrab disebut pantai muara merupakan lokasi sejarah terdamparnya kapal Jepang Kaisimaru 21. (Foto: deP)
Mengangkat, mengulas dan menceritakan kembali tentang sejarah merupakan hal yang cukup menarik sekaligus memberi nilai edukasi pada generasi muda. Demikan dengan terdamparnya kapal Jepang Kaisimaru nomor lambung 21 dan reaksi masyarakat Talonang saat itu, mungkin belum banyak yang tahu.
Joni Ade Pratama — Melaporkan dari Ekspedisi Talonang PWI – PT. AMNT 2022.

Sabtu 19 Desember 1970, malam minggu merupakan hari bersejarah bagi masyarakat Talonang Baru – saat itu masih dibawah Kecamatan Jereweh. Pasalnya, satu unit kapal barang milik Jepang dengan panjang 30 meter, lebar 9 meter serta 17 kamar berada di perairan yang tidak jauh dari pemukiman warga.
Keberadaan kapal tersebut membuat warga setempat panik ditambah dengan tembakan cahaya lampu dari atas kapal ke daratan dengan kapasitas 3.000 watt.
“Jangan panik dan tetap tenang. Insya Allah aman,” ungkapnya.
Menyikapi keberadaan kapal tersebut atas laporan Sejing-warga setempat yang melihat, tepat jam 10.00 pagi, Kepala Desa -saat itu Kepala Kampung, Jamaluddin M. Amin tidak langsung panik dan mencoba menenangkan warganya.
Dia langsung bergegas bersama tiga pemuka kampung yaitu M. Ali, Sendang dan M. Saleh. Setelah cukup lama berjalan, akhirnya Kepala Kampung membenarkan bahwa kapal tersebut benar adanya.
Ketiganya langsung mencoba melakukan pengintaian dari jarak yang cukup jauh untuk mencari apa sebenarnya misi kapal tersebut.
Salah satu dari mereka keluar dari pengintaian dan bertemu dengan dua orang anak buah kapal di tepi pantai.
“Saat ketemu dengan dua ABK itu, mereka langsung sungkem pada kami sambil berkata Japanese, japanese, japanese,” terang Jamaluddin pada media.
Tidak hanya itu, terang Jamal, dua ABK itu turut memperlihatkan peta mengenai Indonesia. “ABK hanya ngomong sunda kecil,” tutur Jamal.
Lama berada di bibir pantai karena komunikasi yang tidak nyambung karena bahasa dan menggunakan bahasa tubuh, Kepala Kampung memanggil salah seorang dari tetangga kampung yang kebetulan mahir berbahasa jepang.
Walhasil, akhirnya diketahui maksud dari keberadaan mereka di tepi perairan Talonang. Mereka tidak bermaksud berbuat jahat.
Setelah berhari-hari mengapung di perairan pantai Talonang, kapal tersebut tanpa aktifitas.
Berselang lima hari, muncul lagi satu unit kapal Kaisimaru nomor 23 merapat ke pantai Talonang dan menepi berdekatan dengan Kaisimaru 21. Tidak menunggu lama, dua kapal tersebut kembali berlayar.
Nah, sebelum meninggalkan Talonang, dua buah peti jatuh ke laut dari Kaisimaru 21 yang tidak diketahui isinya oleh warga.
“Sempat ada upaya untuk mengangkat peti, tapi upaya tersebut selalu gagal di lakukan oleh dua kapal itu,” terangnya.
Dewasa ini, beber Jamaluddin banyak penyelam yang mencari keberadaan kotak tersebut, namun belum juga di temukan.
Cerita yang berkembang seiring waktu, bahwa dua kotak tersebut berada di dalam palung yang kebetulan tidak jauh dari tepi pantai berisikan emas dan barang mewah lainnya.
Lepas dari itu, Ia menyarakan agar pantai tersebut di jadikan sebagai salah satu destinasi. Infrastruktur jalan di perbaiki, dan sarana lainya di tambah untuk mempermudah akses kunjungan wisatawan. Apalagi, pantai tersebut tidak jauh dari lokasi Food Estate.
“Dua nilai disana tidak akan terpisah. Pertama, nilai histori yang nantinya mengedukasikan publik. Kedua, destinasi unggulan wisata,” pungkasnya.
Pemerintah dan juga PT. AMNT diharapkan memberi kontribusi karena kedepannya untuk kemuliaan bersama serta kemajuan Talonang.
“Jangan biarkan begitu saja. Kelola dan manfaatkan dengan baik anugerah dan berkah dari Allah itu. Kalau dibiarkan, nilai sejarah pantai itu terputus,” terangnya.
Terakhir, Ia mengatakan bahwa Bupati Sumbawa saat itu Hasan Oesman. Camat Jereweh Perbata Noerdin BA. Dansek Hamzah Muhammad. Danres Dr. Ikhsan dan subtitional Sumbawa Kapten Jari.
Sementara itu, Kepala Desa Talonang Baru Budi Haryo SP mengatakan bahwa pihaknya memberi attensi pada pantai Talonang dengan menghadirkan beberapa fasilitas.
“Dengan adanya fasilitas itu, pantai Talonang semakin dikenal,” bebernya seraya berharap intervensi PT. AMNT dan Pemda KSB.
Untuk diketahui, pantai Talonang Baru terletak di wilayah selatan yang merupakan daerah perbatasan Kabupaten Sumbawa Barat dan berdekatan dengan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa.
Garis Pantai Talonang Baru dengan Ai Ketapang, Lunyuk Rea saling kait. Jadi, saat hari Jum’at 19 Agustus 1977 sekitar pukul 13.00 Wita, Ai Ketapang di terjangan Tsunami, Talonang Baru pun ikut kena.
Ai Ketapang merupakan daerah yang paling parah dampak dari gelombang pasang yang terjadi setelah shalat Jum’at itu.
Berdasarkan data dari Pusat Meteorologi dan Geofisika, pusat gempa atau episenter berada di laut pada posisi 118.6* BT – 11,8* LS yang terletak di sebelah Barat Daya Pulau Sumbawa NTT, dengan kedalaman sekitar 33 kilometer dengan kekuatan 7,9 skala ritcher atau SR.
Akibat dari bencana alam gempa bumi yang terjadi di bulan puasa itu sangat parah. Bukan hanya dinding bangunan milik warga yang retak, tetapi infratruktur publik ikut rusak karena getaran horisontal yang kuat dan dibarengi durasi cukup panjang. Lebih pilu lagi, 198 orang dinyatakan tewas oleh gempa dan terjangan gelombang atau hilang serta 1.000 orang lebih menderita. (deP/adv)