Ilustrasi nyamuk Aedes Aegypti.
PenaTenggara.com, (Sumbawa Barat) — Semenjak di terbitkan keterangan Tanggap Darurat pada tanggal 12 Agustus 2024, Kecamatan Brang Ene masih nihil kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Sejauh ini, Dinas Kesehatan setempat mencatat bahwa paparan DBD paling tinggi terjadi di Kecamatan Taliwang dan Kecamatan Jereweh dengan 42 kasus. Selanjutnya, Kecamatan Poto Tano dengan 28 kasus. Kecamatan Seteluk sebanyak 26 kasus. Kecamatan Brang Rea sebanyak 10 kasus. Kecamatan Maluk sebanyak 9 kasus, Kecamatan Sekongkang 1 kasus, Tongo sebanyak 11 kasus dan terakhir Kecamatan Brang Ene kosong. Jumlah kasus 169.
Dari jumlah keseluruhan kasus itu, 50 persen serangan dengue terjadi pada anak-anak yang usianya 5 sampai 14 tahun.
Demikian disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Sumbawa Barat, Hj. Erna Idawati pada media, Senin 2 Desember 2024 diruang kerjanya.
“Kita bersyukur, sampai saat ini Brang Ene masih zona hijau,” ungkapnya.
Kaitan dengan pasien suspek Demam Berdarah Dengue (DBD) ini, sambung Hj. Erna, telah ditangani di fasilitas kesehatan terdekat yakni Puskesmas maupun rumah sakit untuk mendapatkan layanan medis.
“Tren DBD yang terjadi sejak Agustus tahun ini fluktuatif. Kadang naik, kadang juga turun drastis,” ujarnya lagi.
Nah, prihal adanya serangan penyakit DBD yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti ini, Kadis Kesehatan menghimbau kepada masyarakat untuk intens melakukan aktifitas gotong royong membersihkan lingkungan sebagai wujud Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Dengan bergotong-royong, dapat mengurangi atau menghilangkan sarang nyamuk di lingkungan kita terutama nyamuk Aedes aegypti.
“Kami sudah menyurati teman-teman di kecamatan dan juga desa untuk aktif melakukan gotong royong lantaran DBD ini tidak bisa dipastikan kapan serangan terjadi,” terangnya lagi. (deP)