(Foto ist : Masadi, SE Sekjen Komisi 1 DPRD KSB)
PenaTenggara.com, (Sumbawa Barat) — Serangan nyamuk Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) fluktuatif. Namun saat musim hujan, biasanya kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mengalami peningkatan yang signifikan. Pasalnya, pada musim itu populasi nyamuk Aedes aegypti akan meningkat lantaran telur yang belum menetas dan akan menetas ketika habitat perkembangbiakannya mulai tergenang air hujan.
DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Sejauh ini, terdapat dua jenis nyamuk yang anggap sebagai perantara penularan virus dengue terhadap tubuh seorang manusia hingga menjadi penyakit DBD, yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Nah, pada saat awal musim hujan, nyamuk memang lebih aktif dan lebih banyak berkembang biak dalam masa itu, termasuk menyebabkan DBD dan cikungunya. Sebab, pada awal musim hujan, umumnya intensitas curah hujan tidak terlalu besar, sehingga cukup untuk membasahi permukaan benda-benda di tanah dan membuat genangan di berbagai benda tersebut.
Genangan yang tidak segera dibersihkan terlebih dalam keadaan kotor, memungkinkan sekali bagi nyamuk-nyamuk menjadikannya sarang sebagai tempat bertelur dan berkembang biak, terutama jenis Aedes Aegypti ini menjadi lebih banyak bermunculan.
Atas hal tersebut, Komisi I DPRD Sumbawa Barat meminta Dinas Kesehatan untuk tidak fokus pada vaksinasi saja. Meningkatkan kewaspadaan soal ancaman demam berdarah dengue (DBD) itu juga tidak kalah penting. Sebagian besar wilayah Indonesia akan dan telah memasuki musim hujan periode 2021/2022, masyarakat diminta untuk segera melakukan mitigasi atau pencegahan terhadap ancaman berbagai penyakit terutama Demam Berdarah Dengue (DBD).
“Perlu dilakukan antisipasi dengan cepat dan bila perlu membentuk tim penanganan DBD jika memang dibutuhkan. Kami pahami kesibukan Dinas Kesehatan sekarang, namun ancaman DBD tidak boleh di toleransi,” ujar Sekretaris Komisi I, Masadi SE pada media, via seluler-rilis, Sabtu (6/11).
Kewaspadaan dini, terangnya segera menjadi attensi guna mengantisipasi lonjakan korban DBD di tengah pandemi corona. Dinkes dapat meningkatkan sosialisasi, berkolaborasi dengan unsur masyarakat termasuk dengan agent PDPGR yang telah terbentuk di level kelurahan dan desa.
Penyemprotan asap menggunakan bahan kimia atau fogging juga diminta dilakukan terutama di wilayah pemukiman padat, tanpa harus menanti terjadinya laporan korban.
“Harapan kami, Dinkes segera mengambil langkah untuk mensosialisasikan 3M yang dianggap sebagai cara ampuh pemberantasan nyamuk. Untuk teknis, kami menyakini kepada eksekutif,” beber politisi Partai Nasional Demokrat itu.
Penyakit yang konon katanya telah ada di Indonesia sejak tahun 1968 dan pertama kali ditemukan di Kota Surabaya itu harus diwaspadai karena bisa merenggut nyawa dan parah lagi, tanpa pandang bulu.
“Menggenjot angka vaksinasi itu baik, tapi jangan melemahkan pelayanan lainnya,” paparnya. (deP/parlementaria)