(Foto Ist : Kedai Kopi Rarak, di Desa Rarak Ronges, Kecamatan Brang Rea)
PenaTenggara.com, (Sumbawa Barat) — Nama Desa Rarak Ronges, Kecamatan Brang Rea mungkin tidak setenar Desa Mantar, Kecamatan Poto Tano.
Desa budaya yang terletak ± 660 meter diatas permukaan laut (MDPL) sudah tembus nasional karena ditunjuk menjadi venue penyelenggaraan event, sebut saja kegiatan Trip of Indonesia (Troi) tahun 2017 lalu dan kegiatan paralayang lainnya.
Meski unggul dari segi pariwisata, pada dasarnya Desa Rarak Ronges juga memiliki potensi pariwisata, yaitu air terjun Petung Mampis. Air terjun tersebut belum terjamah oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Kondisi ini dikarenakan keberadaan dari air terjun itu sendiri cukup tersembunyi di tengah kawasan hutan Nasional.
Kendati demikian, Desa Rarak memiliki potensi lain yang tidak dimiliki oleh Desa Mantar, yaitu sektor pertanian sebagai daerah penghasil biji kopi terbaik di tanah Pariri Lema Bariri.
Atas prestasi di bidang pertanian dan perkebunan itu, perusahaan kopi asal Bandung, Jawa Barat yaitu PT Malabar bersinergi dengan petani setempat prihal pengembangan kopi.
“Alasan perusahaan tertarik mengembangkan kopi ialah, iklim dan lahannya sangat cocok. Selain itu, faktor bisnis juga mendukung dan berpotensi menutupi kekurangan perusahaan saat ekspor ke pasar luar negeri,” ungkap Kepala Dinas Pertanian Sumbawa Barat, Suhadi, SP., M.Si. melalui Kepala Bidang Hortikultura, Nurdin, S.Pt pada media, Minggu (7/11) via seluler.
Kedatangan PT Malabar ini bersinergi dalam bentuk memberikan penyuluhan serta pelatihan kepada petani kopi setempat bagaimana cara menanam kopi yang memiliki produktivitas tinggi. Saat ini, lanjut Nurdin perusahaan tersebut tengah menunjukkan kinerjanya dari menyemai biji kopi, menanam, proses pemeliharaan, steak hingga pada pemasaran.
“Harapan kami, kehadiran PT Malabar bisa mendongkrak produksi kopi yang muaranya pada kesejahteraan petani kopi itu sendiri,” ujarnya seraya mengatakan bahwa perusahaan membina 3 kelompok tani (Poktan) dan menanam kopi diatas 100 Ha bersama petani kopi setempat.
Dikatakannya lagi, berdasarkan data dan analisa perusahaan, tingkat produksi kopi di Desa Rarak Ronges masih kurang. Sejatinya, normalnya dalam 1 pohon kopi menghasilkan 5 Kg buah Kopi. Akan tetapi, kopi di Desa Rarak Ronges saat ini menghasilkan buah kopi sekitar 1-1,5 Kg,” bebernya.
“Alasan lain perusahaan asal Bandung itu mau mengembangkan kopi ialah, pasar internasional sedang meminati kopi asal NTB, namun stok kopi masih kurang,” beber mantan Lurah Dalam, Kecamatan Taliwang itu.
Ia menambahkan, ada beberapa element yang terlibat dalam sinergi itu, termasuk didalamnya PT AMNT dan PT Bank Indonesia terlebih saat ini
“Kedatangan mereka selaras dengan rencana kegiatan dinas tahun 2022 mendatang tentang pengembangan agrowisata di Desa Rarak Ronges dengan program kebun dinas yang luasnya sekitar 20 Ha,” pungkas Nurdin. (dep**)