PenaTenggara.com, (Sumbawa Barat) — Petani rumput laut di Kabupaten Sumbawa Barat ibarat ketiban durian runtuh. Pasalnya, harga jual beli rumput laut melambung cukup jauh dari harga idealnya.
“Sampai H-2 Idul Fitri 1443 H lalu, harga rumput laut kita pada angka Rp 31.000,-/kg dengan klasifikasi kering pantai serta 30 persen kadar air,” ungkap Sekretaris Dinas Perikanan, Agus Purnawan pada media, Senin (9/5) di ruang kerjanya.
Dengan harga tersebut, otomatis petani rumput laut sangat diuntungkan lantaran margin harga yang cukup jauh dari harga idealnya pada kisaran Rp 20.000,-/kg. Nah, di dalam sistem pasar agribisnis sendiri, sambung Agus, rumput laut setelah panen baik itu dalam kondisi kering maupun basah, sudah ada calon pembeli yang di dominasi oleh pengusaha asal Bali dan juga Surabaya.
“Harga Rp 31.000,-/kg ini terjadi sejak minggu pertama Bulan Maret 2022 lalu. Yang mana penyebab dari tingginya harga ialah karena faktor bisnis,” paparnya.
“Harga Rp 31.000,-/kg merupakan sejarah lantaran harga rumput laut di KSB belum pernah mencapai level itu,” kupasannya lagi.
Ia menuturkan, bahwa petani rumput laut pernah mengalami masa sulit dimana harga anjlok dan tidak manusiawi. Itu terjadi saat Corona Disease -19 merebak pada tahun 2020 dan harga rumput laut saat itu Rp 13.000,-/kg dan parahnya lagi di tahun 2014 dan 2015, harga rumput laut mencapai Rp 8.000,-/kg.
“Roda harga sekarang berputar. Tentu sebuah berkah yang patut di syukuri,” terangnya.
Disentil mengenai harga rumput laut dalam kondisi basah, Sekretaris Dinas Perikanan itu menjawab, bahwa harga jual basah pun saat ini menguntungkan bagi petani karena harganya Rp. 4.800,-/kg.
“Harga itu lebih menguntungkan lagi bagi petani rumput laut dari pada mereka menjual kering,” terang Sekdis Perikanan itu.
Ia menambahkan, sentra Rumput Laut di tanah Pariri Lema Bariri berada di Labuhan Kertasari, Kecamatan Taliwang. Sementara daerah penyangga di Desa Tua Nanga, Jelengah dan Poto Tano. Sedangkan wilayah Sekongkang yang notabene memiliki garis pantai yang cukup bagus untuk spot Rumput Laut belum kategori daerah penyangga karena produksinya belum signifikan.
Kendati demikian, pemerintah pada tahun 2022 ini menjadikan Tua Nanga, Sekongkang dan Jelengah sebagai paket pengembangan budidaya rumput laut.
“Frospeknya kedepan cukup baik dan kualitas rumput lautnya sudah terkebal karena memiliki cikal bakal yang bagus,” pungkasnya. (deP)