Direktur RSUD Asy-Syifa’ Sumbawa Barat dr. Carlof Sitompul didampingi oleh Kepala Bidang KIRM H. Kusnadi. ST., MM.Inov saat bersilaturrahmi dengan keluarga H pasca operasi di ruang Gawat Darurat (GD). (Foto: ist)
PenaTenggara.com, (Sumbawa Barat) — Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Asy-Syifa’ Sumbawa Barat bersilaturrahmi dengan keluarga pria berinisial H (40) yang kondisinya berangsur membaik setelah menjalani operasi Titanus selama kurang lebih dua minggu.
H sendiri merupakan warga Desa Ai Suning, Kecamatan Seteluk. Dia dirawat secara intensif diruang Gawat Darurat (GD) karena di diagnosa terkena penyakit Tetanus Generalisata.
Informasi yang berhasil di himpun dari keluarga, H tertusuk bambu di kebun. Namun tidak langsung dibawah ke fasilitas kesehatan terdekat. Setelah empat (4) hari dirumah, H merasa kurang nyaman dengan badannya. Bahkan, saat dirinya dirujuk oleh keluarga ke fasilitas kesehatan, H dalam keadaan kejang-kejang dan tak sadarkan diri.
Dengan kondisi pasien yang gawat dan perlu perawatan khusus ini, H langsung ditempatkan diruang isolasi RSUD Asy-Syifa’ Sumbawa Barat tanpa cahaya. Tim medis dipimpin dr. Gus De J, Sp.PD.
“Kami semua bersyukur, H kondisinya saat ini cukup menenangkan hati. Berangsur pulih dan membaik karena berjibaku melawan penyakit Tetanus Generalisata,” ungkap Dirut RSUD Asy-Syifa’, dr. Carlof Sitompul pada media.
Dihadapan keluarga, dr. Carlof menyampaikan keprihatinan terhadap penyakit yang sedang dialami oleh H.
Pada kesempatan itu, Dirut RSUD itu menghimbau agar pasca operasi, H mengikuti seluruh anjuran medis yang merawatnya termasuk anjuran selama berada di rumah. Tetap bersabar dalam mengikuti seluruh proses pengobatan karena mengobati atau menangani penyakit Tetanus membutuhkan waktu yang cukup lama.
“Tim Rapi Care RSUD Asy-Syifa’ Sumbawa Barat tetap melanjutkan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Sumbawa Barat, Puskesmas Seteluk hingga Pemerintah Desa serta jejaring eksternal, Posprim, dan kader agar terus memantau kondisi H sehingga pada akhirnya H dapat sembuh sempurna dan beraktifitas kembali seperti sedia kala,” harapnya seraya mengajak masyarakat mendoakan agar H segera sembuh dan kembali beraktifitas seperti semula.
“kunjungan ini dimaksud untuk melihat perkembangan pasien setelah berada dirumah dan memastikan yang menjadi kebutuhan pasien selama masa pemulihan bisa terpenuhi,” ujarnya.
Lepas dari itu, dr. Carlof menerangkan bahwa Tetanus adalah penyakit akut yang ditandai dengan spasme dan rigiditas otot yang disebabkan oleh bakteri anaerob clostridium tetani yang memproduksi toksin.
Tetanus juga merupakan penyakit dengan prognosis yang buruk, terutama pada kasus tetanus neonatorum dan tetanus sefalik. Gejala tetanus itu bervariasi. Mulai dari kesulitan membuka mulut (trismus), kesulitan menelan, kaku kuduk, opistotonus, hingga spasme laring yang dapat menimbulkan gagal napas. Gejala-gejala tersebut ditimbulkan akibat toksin yang diproduksi oleh bakteri anaerob clostridium tetani yang masuk melalui luka.
Pada pasien tetanus, Prognosis dipengaruhi oleh waktu yang dibutuhkan dari kejadian luka hingga timbulnya tanda klinis, riwayat imunisasi, manajemen luka yang baik, serta deteksi dan penanganan yang diberikan sedini mungkin.
“Pada kondisi yang berat, asfiksia akibat tetanus dapat menyebabkan kematian,” tegasnya.
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien tetanus antara lain asfiksia, obstruksi jalan napas, dan gagal napas apabila terjadi spasme yang mengganggu fungsi pernapasan atau disfungsi otonom.
Gangguan kardiovaskular yang dapat menjadi komplikasi tetanus adalah aritmia, takikardia, bradikardia, hipertensi, bahkan hingga asistol.
Komplikasi ortopedi yang dapat terjadi karena spasme otot pada pasien tetanus adalah ruptur tendon dan fraktur tulang. Pada pasien gagal napas yang menggunakan ventilasi mekanik berkepanjangan, dapat terjadi pneumonia. Di antara kasus tetanus neonatal, anak dapat sembuh sempurna atau mengalami berbagai derajat keparahan gangguan neurologi dari defisit intelektual ringan hingga cerebral palsy. (deP)