PenaTenggara.com, (Sumbawa Barat) — Harga cabai merah kriting dalam tiga minggu terakhir di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) mengalami kenaikan harga yang sangat signifikan.
Bahkan, harga pasar yang terjadi saat ini cukup jauh dari Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
“Harga cabai merah kriting di tiga pasar tradisional kita mencapai Rp. 80.000/kg. Sedang HET ialah Rp. 37.000/kg sampai dengan Rp. 55.000/kg,” ungkap Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag), Firmansyah.
Harga pangan lainnya yang ikut naik ialah cabai rawit merah. Harganya saat ini mencapai Rp. 80.000/kg sampai dengan Rp. 95.000/kg. Padahal, 24 Desember 2024 lalu harga pangan dimaksud berkisar pada Rp. 46.700/kg dan merangkak naik hingga menyentuh harga Rp. 60.000/kg pada tanggal 31 Desember 2024. Artinya, ada kenaikan sebesar Rp. 13.300,- dari harga sebelumnya-persentase kenaikan sebesar 28,48 persen.
Harga yang sedang ‘bergerak’ itu bisa dikatakan diatas HET. Karena HET yang ditetapkan ialah Rp. 47.000/kg sampai dengan Rp. 57.000/kg. Sebelum harga ini naik, harga cabai rawit merah ini terjangkau. Harga cabai rawit merah di Pasar Seteluk Rp. 58.000/kg. Pasar Tanah Mira Rp. 60.000/kg dan Pasar Maluk Rp. 62.000/kg.
Demikian juga dengan Bawang Merah. HET sebesar Rp. 36.500/kg sampai dengan Rp. 41.500/kg, kini harganya mencapai Rp. 45.000/kg. Sedangkan Bawang Putih, harga jual pasarannya saat ini tembus Rp. 50.000/kg yang semula ‘bermain’ di harga Rp. 42.000/kg sampai Rp. 45.000/kg.
“Tomat saat ini harganya juga naik mencapai Rp. 28.000/kg sampai Rp. 30.000/kg yang semula ‘bermain’ di harga Rp. 17.000, 18.000 dan bahkan Rp. 20.000,” bebernya.
Pada media, Kabid menjelaskan bahwa pemicu kenaikan harga ini karena faktor cuaca hujan lebat dan bencana yang menyebabkan kurangnya suplay pangan dari luar.
Terhadap kondisi harga yang kian melambung, Pemda, tegas Firman akan terus berupaya mencari solusi untuk mengatasi kenaikan harga cabai. Karena, sambungnya lagi, kenaikan harga cabai akan berpengaruh terhadap inflasi nantinya.
“Curah hujan yang tinggi berpengaruh terhadap harga. Mengandalkan pasokan dalam daerah, itu tidak cukup,” pungkasnya. (aA)