PenaTenggara.com, (Sumbawa Barat) — Empat minggu terakhir, harga gabah di Kabupaten Sumbawa Barat menjadi konsumsi hangat. Betapa tidak, ditengah tekanan ekonomi dampak dari Covid -19, harga gabah justru semakin merosot. Bahkan, informasi yang diterima Dewan Perwakilan Rakyat setempat untuk saat ini harga gabah jauh di bawah HPP yaitu Rp 3.200/kg.
Harga demikian, tentu menyayat hati. Petani yang sejatinya mendapat apresiasi, tapi malah dihadapkan dengan polemik yang sebenarnya itu persoalan lama.
“Di panen perdana 2022 ini, petani menangis karena harga yang tidak manusiawi,” berang Nurjannah pada media, Sabtu (12/3).
Menyikapi kondisi itu, Wakil Ketua Komisi II DPRD Sumbawa Barat menegaskan agar pemerintah daerah dan Bulog jangan tidur karena harga mengenai beli gabah saat ini sangat genting dan layak menjadi perhatian khusus.
“Kami meminta kepada pemerintah dan Bulog untuk segera melakukan lompatan-lompatan kerja yang muaranya formulasi menstabilisir harga gabah,” tegasnya.
Lebih jauh politisi PDI-P itu menerangkan, bergelut di sektor pertanian membutuhkan biaya perawatan yang banyak. Bajak, penyemaian bibit, penanaman, buruh, pestisida, pupuk hingga persoalan air pun, terangnya, semua membutuhkan biaya. Nah, jika anda berada di posisi petani dengan harga yang tidak sebanding antara perawatan dengan produksi, maka pasti akan kecewa dan mengelus dada.
Pada Bulog, pihaknya berharap agar segera membangun kemitraan dengan pengusaha baru mengingat UD.Fantasi yang dulu mitra Bulog, kini sudah berhenti.
“Petani saat ini seperti jatuh tertimpa tangga. Sudah di beli murah dan di bayar belakangan,” bebernya.
Terakhir, politisi asal Desa Desaberu, Kecamatan Brang Rea itu mengatakan kondisi seperti tidak bisa dibebankan kepada petani dengan alasan kadar air yang terkandung dalam bulir padi serta alasan hampa. Jika demikian, Dinas Pertanian mesti turun dan memberikan pemahaman agar petani mengetahui kapan waktu yang tepat untuk panen.
“Jangan asal terima laporan di belakang meja. Turun dan turun. Ini kondisi yang parah. Jika petani selalu teriak soal harga, maka sampai kapan petani akan sejahtera,” bebernya lagi.
Kendati demikian, pihaknya juga menghimbau sekaligus berharap kepada petani agar berkoordinasi dengan PPL untuk memperhatikan umur panen agar mutu padi sesuai dengan ketentuan dan syarat dari Bulog.
“Ini juga harus menjadi attensi untuk kemuliaan bersama,” pungkasnya. (deP)